Pekan ini para pengamat bintang bisa mengamati hujan meteor yang dipercaya berasal dari Komet Halley, komet yang mengorbit matahari setiap 76 tahun sekali.
Meteor yang dikenal sebagai meteor Orionid itu, merupakan versi yang lebih kecil dari hujan meteor Perseid yang terjadi Agustus lalu. Pasalnya, meteor terlihat seolah-olah berasal dari sebelah utara bintang Betelgeuse di konstelasi Orion.
Meteor-meteor ini diperkirakan merupakan debu-debu yang tertinggal dari Komet Halley yang bergerak mengitari matahari berlawanan dengan arah pergerakan bumi. Meteor Orionid sebenarnya sudah terlihat secara redup sejak sekitar awal Oktober.
Namun aktivitasnya biasanya akan bisa jelas terlihat sejak 17 hingga 25 Oktober mendatang, yang diperkirakan puncaknya akan terjadi pada 21-21 Oktober.
"Meteor-meteor Orionid biasanya kurang terlihat bila dilihat di lokas-lokasi perkotaan," kata pakar meteor, Robert Lunsford, kepada situs Space.com.
Oleh karenanya sangat direkomendasikan untuk melihat aktivitas Orionid di lokasi pinggiran-pinggiran kota. Titik radian hujan meteor Orionid berada dekat dengan ekuator langit (celestial equator). Artinya, meteor ini dapat disaksikan baik di hemisfer (belahan bumi) utara maupun selatan.
Namun demikian, diperkirakan bakal banyak hambatan untuk menyaksikan kawanan meteor ini karena bulan akan bersinar terang, sehingga akan mengurangi jumlah meteor yang bisa disaksikan.
Di langit yang cerah, diperkirakan meteor Orionid ini akan menghujani 20-30 meteor per jam. Dekatnya orbit Komet Halley dengan bumi, menyebabkan meteor-meteor ini diperkirakan bakal menerjang atmosfer dengan kecepatan sekitar 66 km per detik.
Dari sekian banyak meteor yang bisa disaksikan dari bumi, kecepatan meteor ini hanya bisa dikalahkan oleh kecepatan meteor Leonid, yang akan terlihat pada November mendatang.
Baca juga
0 komentar:
Posting Komentar